Juara World Brewers Cup 2016
Kompetisi kopi internasional tahun ini memang sangat
menarik. Dua kejuaraan yang cukup prestisius di dunia sama-sama dimenangkan
oleh orang Asia yang notabene jajaran kampiunnya selalu didominasi oleh
orang-orang bule. World Brewers Cup kali ini pun tak
terkecuali. Secara khusus, daftar para finalisnya menarik perhatian saya.
Selain karena ada nama-nama yang cukup akrab, komposisinya pun cukup unik: ada
dua finalis dari Asia, satu finalis perempuan, dan Odd-Steiner Tollefsen yang
merupakan Juara tahun lalu.
Awalnya, saya pikir
yang akan kembali memenangkan kompetisi tahun ini adalah Odd-Steiner mengingat
kansnya yang lebih besar. Ia sudah pernah menguasai panggung dan sudah
berpengalaman berlaga di pentas Internasional. Nyatanya tahun ini Odd-Steiner
justru menempati urutan keenam, peringkat terakhir di Top 6 World Brewers Cup.
Sebaliknya, pemenangnya adalah Tetsu Kasuya yang berasal dari Jepang dan
barangkali belum terlalu dikenal di kancah perkopian dunia—dibandingkan finalis
lainnya.
Bagaimana Tetsu
memberikan presentasi akhirnya di hadapan para juri adalah pertunjukan yang
impresif. Kesimpulan ini ternyata diamini juga oleh publik kopi di luar. “Saya
bukan seorang roaster atau petani kopi. Saya hanya seorang
barista dan penyeduh. Tapi saya akan menyajikan kopi yang diseduh dengan
seluruh kesungguhan saya (pada kalian),” katanya berkali-kali kepada juri yang
lalu manggut-manggut karena terkesan. Hmm.
Ketika akhirnya saya
menghubunginya untuk keperluan wawancara, Tetsu pun membalas dengan respon yang
cukup gesit dan sangat bersahabat. Keramahannya membekas, tidak ada aroma
arogansi yang seolah menguarkan bahwa ia Juara Dunia yang wajib diberi “applausepanjang”.
Ah, daripada berlama-lama, simak wawancara menarik dengan sang Juara berikut
ini.
PERTANYAAN :
Hai, sebelumnya
selamat, ya. Akhirnya kamu berhasil menjadi Juara World Brewers Cup 2016. Bagaimana rasanya? Masih terkejut?
JAWABAN :
Saya udah merasa
sangat lega sekarang. Kemenangan ini memang masih mengejutkan saya (saking
tidak percayanya) tapi saya sudah cukup terhanyut di dalamnya.
PERTANYAAN :
Sebenarnya, bisa
dibilang, saya sudah mengikuti perjalananmu sejak memenangkan Japan Aeropress
Championship dan kemudian Japan World Brewers Cup tahun lalu. Menarik, karena
kamu memakai Aeropress di kedua kompetisi itu. Lalu kenapa memakai teknik pour over untuk World Brewers Cup kali ini?
JAWABAN :
Terima kasih untuk
perhatiannya yang cukup panjang (tersenyum). Alasan kenapa saya memakai teknik
V60 adalah karena hasilnya yang bagus. Kita bisa mendapat hasil yang clean
cup, bright acidity, aftertaste yang panjang dan tentu saja, smooth
motion. Pada kompetisi ini, hal-hal seperti itu adalah faktor penting
untuk mendukung performa kita semakin indah.
PERTANYAAN :
Lalu, apa resep
rahasia kemenanganmu di World Brewers Cup 2016? Bisa membaginya
kepada kami?
JAWABAN :
Dengan senang hati
saya ingin membagikan resep saya, tentu saja. Tujuan kompetisi ini, menurut
saya, adalah membagikan metode dan rahasia kepada siapapun yang mencintai kopi.
Resep rahasianya: metode pour over V60 dengan memakai Hario dripper keramik.
Komposisi:
· 20 gram bubuk kopi,
dengan level gilingan coarse.
· 300 ml air
· Suhu air 92ºC,
dengan pH 6.6 dan ukuran TDS 1.3.
Cara seduh:
Resep pour
over Tetsu di babak final kali ini disebutnya dengan istilah “the four,
six brew method”, yaitu proses pouring yang dibagi menjadi
dua bagian: 40 % dan 60%.
· Untuk proses pouring pertama
yaitu 40%, air yang dituangkan adalah sebanyak 120 gram—namun
dilakukan dalam 2 tahap.
00:45 Tuangkan 50 ml air dan biarkan blooming dalam
45 detik.
00:45 – 1:30 Tuangkan 70 ml pour
Proses pouring pertama
yang 40% ini menentukan level acidity, balance, dan sweetness dari
kopi.
· Untuk pouring kedua
yaitu 60%, air yang dituangkan adalah sebanyak 180 grams dan
dilakukan dalam 3 tahap. Sementara pouring kedua yang 60%,
akan menentukan level kekuatan/strength dari kopi itu.
01:30 – 02:10 Tuangkan 60 ml air
02:10 – 02:45 Tuangkan 60 ml air
02:45 – 03:00 Tuangkan 60 ml pour
03:00 – 03:30 Angkat dripper
Sajikan pada cangkir
keramik.
PERTANYAAN :
Ada jeda yang cukup
panjang antara Japan Brewers Cup yang kamu ikuti dan World Brewers Cup. Apakah
kamu memang sengaja mengatur waktu keikutsertaanmu di kompetisi seperti itu
supaya punya banyak waktu untuk berlatih?
JAWABAN :
Ya, memang ada banyak
sekali waktu untuk saya mempersiapkan diri sebelum melaju ke tingkat dunia.
Jadi saya mengunjungi Ethiopia dan Colombia untuk mencari (dan meriset)
kopi-kopi terbaik yang akan saya pakai untuk di kompetisi ini. Dan akhirnya
saya memutuskan untuk menggunakan biji dari Ninety Plus Coffee setelah melihat
bagaimana kesungguhan mereka menghasilkan kopi berkualitas.
PERTANYAAN :
Apa persiapan yang
kamu lakukan untuk World
Brewers Cup 2016? Apa
yang telah kamu lakukan?
JAWABAN :
Pertama-tama, kita
harus menyesuaikan roasting profile-nya dulu. Karena ada perbedaan
yang cukup kritikal antara roasting khas Jepang (Japanese
roasting) dan di negara-negara lain. Dan saya mulai mencari tahu apa itu
definisi “kopi enak” bagi penikmat kopi internasional.
PERTANYAAN :
Biji apa yang kamu
gunakan untuk kompetisi itu? Apa sih karakter
istimewa dari biji kopi itu?
JAWABAN :
Saya menggunakan biji
kopi Geisha dengan natural process dari Ninety Plus Coffee.
Kopi ini berasal dari Panama dan merupakan varietal Silvia. Karakter
spesial dari biji kopi ini adalah tingkat sweetness-nya yang cukup
tinggi dan super clean. Menurut saya ini adalah kopi terbaik
di dunia.
.
PERTANYAAN :
Apa rencanamu setelah
memenangkan World Brewers
Cup? Apakah kamu berencana
untuk mengembangkan karirmu di dunia kopi professional, membuka bisnis
kopi specialtybarangkali?
JAWABAN :
Sebenarnya, saya belum
memikirkan sampai sejauh itu. Saat ini saya hanya ingin membalas kebaikan yang
sudah diberikan oleh Coffee Factory (coffee company tempatnya
bekerja—red). Saya baru menjadi barista selama 3 tahun, tapi ajaibnya saya
sudah bisa mencapai posisi sebagai Juara Dunia. Jadi saya ingin berterima kasih
kepada Coffee Factory. Di masa depan, saya ingin menjadi seorang trainer atau
konsultan. Saya ingin membagikan teknik dan attitude menurut
pengalaman saya di kompetisi kepada orang lain.
PERTANYAAN :
Terakhir, saya pernah
membaca di sebuah artikel bahwa kamu dulunya adalah seorang IT consultant. Apa yang membuatmu tiba-tiba banting setir
menjadi barista? Bisa ceritakan perkenalan pertamamu dengan kopi?
JAWABAN :
Pemicu pertama kenapa
saya meminum kopi, sebenarnya, adalah karena saya sakit Diabetes Tipe 1.
Setelah didiagnosa kena penyakit itu, saya jadi nggak bisa
minum Coca Cola lagi. Haha… Jadi saya memutuskan untuk meminum kopi saja.
Kopi kan juga berwarna hitam, sama kayak Coca Cola.
(tersenyum). Alasan utama sebenarnya cuma itu. Saya pikir, barangkali memang
udah takdirnya saya sakit, ya.
Pemicu kedua adalah
pengalaman pertama saya menyeduh kopi. Awalnya, saya nggak bisa
menyeduh kopi dengan baik sama sekali. Saya bahkan bisa mengingat momen itu
dengan jelas sampai sekarang. Tapi justru itulah yang memicu keingintahuan saya
lebih lagi. Dan yang akhirnya membuat saya terhanyut dalam kecintaan terhadap
kopi dan proses brewing.
Dikutip dari majalah.ottencoffee.co.id
0 komentar: